Selasa, 19 Agustus 2008

Air mata

Maka penat itu berkelebat, menjelma menjadi keluh dalam tangis hujan yang membuatku basah kuyup suatu siang yang terik pada mulanya. Berpeluh harapan melangkah jua sepasang kaki mengenang masa depan yang barangkali akan sampai jua kutapaki. Barangkali saat ini ketika hujan deras bergelimpangan letih dan kedinginan kita di sini, ujarnya salah seorang rekan yang bermandikan perjuangan menempuh jalanan basah berlumpur...barangkali di tempat lain ada orang yang mati ditabrak truk, ada yang baru lahir menjadi bayi mungil, ada yang sedang sekarat menjemput maut. Maka beruntunglah kita hanya berucap lelah dan pasrah dalam perjuangan menempuh amanah negara ini. Barangkali..katanya lagi...suatu saat, nasib akan berpihak pada kita.
Aku tersenyum sambil menangis, menunggu pergantian hari yang mungkin lebih baik. Seorang penjaja makanan kecil di kedai kecil di pinggir laut bercerita tentang sepasang kepiting yang baru dibelinya dari seorang nelayan di pantai. Dengan wajahnya yang pias kebahagiaan ditunjukkannya padaku "Bu, begini ini cara memasaknya..pertama potong dulu kaki depannya, lalu...bla bla bla...".
Aku menyaksikan sambil harap-harap pias mengingat hujan di luar yang tak kunjung reda dan sholat zuhur yang belum kutunaikan hingga pukul 1.30 siang. Tangisku surut dan berganti senyum. Ia saja bisa berbahagia dengan hidup apa adanya. Kukenang tempatku berpijak ketika geram kepedihan mulai bergelimpangan membanjiri amarah dan adrenalin yang memuncak karena marahku yang nyaris tumpah.
"Laut kering, Bu. Jadi sampan kita kan lengket jika diteruskan melayar...", seorang penambang berujar dari luar. Aku bisa tersenyum kini.
"Tak apa, Pak. Kami sedang belajar memasak Kepiting, sambil menunggu hujan reda dan pasang naik", kataku.
Sebuah SMS masuk ke handphone ku
"UKHTI, SORE INI RAPAT JAM 4 SORE".
Air mata. Kenapa mudah sekali menitik. Bahkan ketika aku masih di perjalanan belum bisa pulang karena hujan dan laut kering. Ya, akhirnya kupahami...kadangkala oranglain tak mengerti kesusahan ini bila tak dijelaskan.
"INSYAALLAH...DOAKAN SAYA BISA PULANG SECEPATNYA"
serentetan agenda berkeliaran di benakku. Berita yang harus di faks, RPP yangbelum selesai, komputer yang rusak, acara pekan depan.... dan kantung bajuku yang menyisakan uang lima ribu rupiah.
Rabbi...ku tahu Engkau Maha Melihat.

Minggu, 17 Agustus 2008

Upacara di Tepian Pulau




Tujuh belas Agustus menjadi moment bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tidak terkecuali juga bagi masyarakat marginal di tepian Riau yang masih memaknai kemerdekaan.


berikut dokumentasi sebuah upacara sederhana yang khidmat di desa Tanjung Siantar. ternyata kisah laskar Pelangi juga ada di sini.


Sabtu, 09 Agustus 2008

Tentang Orang-orang Terluka

Barangkali di hatinya ada celah yang terabaikan sehingga sandarannya tidak kokoh. Kalau sebutir pasir masuk, maka debu pun apalagi. Maka segala perca kehidupan yang kecil masuk ke dalam celah itu. Maka seolah-olah ruang itu jadi penuh. Seolah penuh dengan asa padahal dosa yang tercipta karena tumpukan noda yang datang satu demi satu, lalu menutupi kebeningan si hati. Kasihan sekali mereka yang terluka karena hatinya sendiri. Sandaran pun roboh. Takdir dipersalahkan. Hati pun luka, sakit, perih dan berkarat. Ribuan keluh bermunculan. Rasanya pedih.
Kawan...mari kita analisis kenapa orang terkadang bisa terluka. Kenapa bisa kecewa. Ternyata bermula dari celah kecil di hati yang lupa ditutupi. Barangkali karena lalai atau terlena dengan urusan-urusan dunia. Kesalahan kecil yang fatal. Salah meletakkan harap bukan padaNya. Sebab bila harapan diletakkan padaNYa, kerinduan akan wajahNya saja yang ada. Apapun akhirnya adalah pemberian terbaik yang diberikanNya. Berbanggalah semestinya, sebab Dia memberikan sesuatu yang spektakuler berupa rahasia yang masih akan tersingkap di kemudian hari saat kita telah memahami inginNya. Pasti ada hikmah dari semua peristiwa, hanya saja kita terlalu awam untuk memahami.
Barangkali juga bukan sekarang kita baca, tapi esok saat hari ini telah menjadi masa lalu. Berlalulah luka, tak mengapa. Ini hidup, untaian tarbiyah tak berjeda kecuali kita membuat jeda yang panjang.
Lalu, tentang jenuh. Apa ya obatnya? semakin dipikirkan ternyata cuma kebencian yang menggunung. Segalanya memang membosankan kecuali kita tetap setia padaNya. Seperti elang yang membutuhkan angkasa luas untuk terbang melanglang buana dan kitari dunia. Bila tak ada yang didapati, ya sudah terima sajka apa yang ada. Keajaiban selalu ada bila peka kita melaluinya. Biarlah segala luka hanya sesaat saji. Nikmati hakikatnya. Resapi filosofinya. Maka kita akan kaya kontemplasi.
Hidup itu berjalan ke depan dan bukan mundur ke belakang, maka yang masih ada di depan dan menjadi milik kita pastilah satu saat akan kita capai. Jika bukan maka akan kita lalui. Itu saja, ridho dengan kehendakNya dan yakin bahwa itu adalah yang terbaik. Apa pun namanya, apapun bentuknya, adalah hadiah terindah untuk jiwa yang indah memaknai hidup dengan indah. Selamat menapaki hari baru. Get the spirit of ikhlas. (Rieve)

Selasa, 05 Agustus 2008