Maka penat itu berkelebat, menjelma menjadi keluh dalam tangis hujan yang membuatku basah kuyup suatu siang yang terik pada mulanya. Berpeluh harapan melangkah jua sepasang kaki mengenang masa depan yang barangkali akan sampai jua kutapaki. Barangkali saat ini ketika hujan deras bergelimpangan letih dan kedinginan kita di sini, ujarnya salah seorang rekan yang bermandikan perjuangan menempuh jalanan basah berlumpur...barangkali di tempat lain ada orang yang mati ditabrak truk, ada yang baru lahir menjadi bayi mungil, ada yang sedang sekarat menjemput maut. Maka beruntunglah kita hanya berucap lelah dan pasrah dalam perjuangan menempuh amanah negara ini. Barangkali..katanya lagi...suatu saat, nasib akan berpihak pada kita.
Aku tersenyum sambil menangis, menunggu pergantian hari yang mungkin lebih baik. Seorang penjaja makanan kecil di kedai kecil di pinggir laut bercerita tentang sepasang kepiting yang baru dibelinya dari seorang nelayan di pantai. Dengan wajahnya yang pias kebahagiaan ditunjukkannya padaku "Bu, begini ini cara memasaknya..pertama potong dulu kaki depannya, lalu...bla bla bla...".
Aku menyaksikan sambil harap-harap pias mengingat hujan di luar yang tak kunjung reda dan sholat zuhur yang belum kutunaikan hingga pukul 1.30 siang. Tangisku surut dan berganti senyum. Ia saja bisa berbahagia dengan hidup apa adanya. Kukenang tempatku berpijak ketika geram kepedihan mulai bergelimpangan membanjiri amarah dan adrenalin yang memuncak karena marahku yang nyaris tumpah.
"Laut kering, Bu. Jadi sampan kita kan lengket jika diteruskan melayar...", seorang penambang berujar dari luar. Aku bisa tersenyum kini.
"Tak apa, Pak. Kami sedang belajar memasak Kepiting, sambil menunggu hujan reda dan pasang naik", kataku.
Sebuah SMS masuk ke handphone ku
"UKHTI, SORE INI RAPAT JAM 4 SORE".
Air mata. Kenapa mudah sekali menitik. Bahkan ketika aku masih di perjalanan belum bisa pulang karena hujan dan laut kering. Ya, akhirnya kupahami...kadangkala oranglain tak mengerti kesusahan ini bila tak dijelaskan.
"INSYAALLAH...DOAKAN SAYA BISA PULANG SECEPATNYA"
serentetan agenda berkeliaran di benakku. Berita yang harus di faks, RPP yangbelum selesai, komputer yang rusak, acara pekan depan.... dan kantung bajuku yang menyisakan uang lima ribu rupiah.
Rabbi...ku tahu Engkau Maha Melihat.