Minggu, 27 Juli 2008

Partikel Saja...

"Jelaskan perbedaan antara susunan partikel zat padat dengan zat cair", kalimat itu pernah kusampaikan sebagai pembuka pelajaran tentang Zat dan Partikel. Aku ingin mereka tidak sekedar tahu perbedaannya tapi lebih dari itu aku ingin mereka juga memahami filosofinya. Itu pemikiranku suatu kali ketika mengajar Fisika di hadapan murid-muridku.
Ketika hari ini aku mendapati fenomena itu dalam satu sisi kehidupanku, aku merasa bertanggung jawab untuk tidak sekedar pandai bicara. Dan begitulah, kawan, salah satu konsekuensi menjadi guru.
"Rasanya kok, kita semua semakin jauh, ya..Ukht". Begitu ungkapan hati seorang saudari yang sebenarnya sama persis dengan yang kurasakan. Aku juga tak mengerti kenapa hidup begitu mudah berubah dari waktu ke waktu. Entah aku yang jauh tertinggal atau...justru aku semakin lari menjauh, sementara jasad ini tetap berada di sini. Tiga tahun ini rasanya tidak terlalu lama untuk kita lalui bukan? tapi ternyata tiga tahun ini sudah mengubah banyak hal dari kita.
Ya, aku bisa memahami ketika sebagian kita harus pergi satu per satu untuk berbagai alasan dan sebagian kita tetap di sini karena memang tidak punya alasan untuk pergi. Tapi haruskah keputusan-keputusan kita membuat kita kehilangan energi untuk mengusung tujuan besar kita? Entah kita lupa atau barangkali hanya aku yang sedang terlena, tapi kurasakan gerak kita makin tak berasa. Terkadang, miris hatiku bila mengingat semangat menggebu kita dulu. Barangkali jika kita dulu demikian banyak bisa berbuat, itu adalah karena kita memiliki ruh yang terjaga, pemikiran yang tertata dan niat yang kokoh. Entahlah kini... aku tak berani mengklaimnya. Entah, apa hanya aku yang kehilangan semangat itu atau kita semua sudah kehilangan nyali.
Aku tak tahu harus bicara pada siapa selain bercerita panjang lebar padaNYA pada penghujung malam-malamku yang semakin sepi sebab tak ada lagi tahajjud calling yang biasa kudapati darihandphoneku. Ah, dunia...ternyata seringkali kita terperangkap di dalamnya. Dan aku bertanya, kemana kita pergi???
Mestinya kita semakin kokoh bila maisyah semakin kukuh. Sebagaimana gempita doa kita saat mendapatkannya: semoga barokah. Begitu pun setiap kali di antara kita menikah, terusung doa:barakallah..dan selanjutnya terbayang betapa makin kuatnya barisan kita mengusung namaNYA. Atau bahkan kita semestinya tidak peduli, dan justru bersyukur setiap kali musibah menghampiri sebagai bagian dari wujud cintaNYA mengingatkan kita, mempererat kita atau menambah kesabaran kita, sebagaimana Ummu Hani tetap tenang saat kehilangan putera-putranya. Aku tak mengerti kawan, bagian mana kita sekarang?
Ya..barangkali aku saja yang terlalu melankolis memaknai semua. tetapi jujur, sebab aku mencintai perjuangan ini, maka aku mengenang kebersamaan yang memudar itu. sebab aku mencintaiNYA dan sebab aku mencintai kalian semua karenaNYA.
Atau kita cukuplah berbicara sederhana saja bahwa sebagaimana fenomena Fisika: Partikel-partikel benda padat tersusun rapi dan rapat sehingga kemungkinan gerak antara partikelnya sangat kecil kecuali bergerak bersama-sama, sementara partikel benda cair jaraknya berjauahan dan keterikannya lebih kecil sehingga kemungkinan pergerakan antara partikelnya lebih besar. karenanya juga benda cair bisa berubah wujud sesuai tempatnya".
Lalu kita?
Mungkin memang ada baiknya bila aku menikmati masa-masa inis ebagai masa kontemplasi, sebagaimana juga aku menemukan banyak hal indah dalam sisi kehidupan yang lain. Bahwa ternyata cinta begitu universal. Bahwa ternyata begitu banyak hal indah di sekelilingku yang terabaikan selama ini. Tapi... aku masih berharap kita kembali menemukan jalan untuk menghimpun yang terserak dari keping semangat, niat dan energi yang tersisa. Bahwa kita tidak akan pernah kehilangan arah betapapun sulit menapakkan kembali.

2 komentar:

Ade Lestari. S,Farm, Apt mengatakan...

Gerimis hatiku...
mengiris pedih...hanya pertolonganNYA kita bisa bertahan di jalan ini...
walau terseok, tersandung, bahkan jatuhpun tidak akan mampu diri ini meninggalkan-Mu.
Love u coz Allah!

IzzahTy mengatakan...

Benar kata mereka, Jalan ini tidak dihias taburan bunga, tetapi onak dan duri. Kehilangan juga merupakan ujian ,akankah kita tetap menyebut namaNya