Jogja terlihat merah dalam tatapku kala itu
Seketika merona putih saat air wudhu
membasuh semburat wajahmu yang letih…
Dan kerlingmu yang ‘tabah’ tak bisa kulupa
Meski senyummu masih saja bicara
tentang inginmu tuk bahasakan krama
Aku mengerti,
Bahwa dadamu buncah tangis
Sebab sekerat beban menoreh payah langkahmu
Aku hanya bisa menepuk pundakmu dalam sekantung doa
Agar kita mampu tuntaskan amanah
Aku bangga padamu
‘sabarlah’
Kita memang sedang belajar dewasa
Menjadi orang tua
Dan,
Senja jadi jingga dalam tatapku
Ketika matahari sempurna kembali
Mari, kita pulang dulu
Hempaskan penat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar